Selasa, 29 April 2014

Kata hatiku

Mungkin, tak ada kata yang tepat untuk menafsirkan postinganku kali ini, rasanya aku sedang diuji oleh Sang Pemilik hati. Membuat sebuah kenyataan yang sakit menjadi lebih indah adalah bukan keahlianku, melainkan keahlian Rabbku. Aku tertunduk menikmati kenyataan ini, mungkin Allah sedang marah padaku. Dia menguji batinku yang sempat terkoyak. Kini aku tak tahu apakah semua itu masih terkoyak atau malah hancur melebur menjadi kepingan pecahan-pecahan kaca yang tak bisa di utuhkan kembali. Mengapa harus selalu aku, tiadakah orang lain yang bisa menggantikan posisiku dalam kehidupan ini. Ya Tuhan, bolehkah aku berteriak? bolehkah aku memelukmu sesaat, Peluk aku Tuhan, aku hanya ingin engkau tau bahwa rasa ini benar-benar membunuhku secara perlahan. Bolehkah aku meminta-Mu untuk memelukku erat ya Allah? aku takut, aku takut akan semua kenyataan ini. aku takut aku tak sanggup menjalani semua yang Engkau berikan padaku. aku tak ingin menanyakan mengapa ataupun kenapa Engkau menurunkanku kedunia ini. Karena aku tahu, setiap yang Engkau ciptakan takan pernah sia-sia. Bahkan binatang melata sekalipun. Aku tahu aku banyak menuntut, tapi bisakah Engkau memberikan suatu keadilan untuk aku nikmati sendiri? tanpa ada orang lain yang bisa menikmatinya. Jika boleh aku mengutarakan, Aku lelah ya Allah, lelah dengan hatiku yang tak pernah bisa damai dengan kenyataanku sendiri. Lelah karena semua yang aku inginkan tak pernah menjadi apa yang aku butuhkan. Andai aku menginginkan apa yang aku butuhkan mungkin aku takan menuntut banyak dari -Mu. Sifatku yang begitu hina rasanya tak pantas ada didunia ini. Dan rasanya akupun tak pantas berbicara dan meminta seperti ini pada-Mu. Mungkin karena lelahku yang telah mati rasa, aku tak mampu mengungkapkan semuanya. Aku tak pernah menyangka aku akan hidup sampai detik ini, ditempat ini. Aku tak mengerti dengan hidup dan hati yang aku jalani, semua terkadang terasa membingungkan untukku. Terkadang terasa menyenangkan dan tekadang terasa menyedihkan. Para motivator mengatakan bahwa orang yang sering menuntut dan marah-marah adalah orang yang hidupnya tidak bahagia. Padahal hidup itu kan harus bahagia. Jadi sebesar apapun kamu menuntut hak orang lain, sebesar itu pula aku akan mengatakan bahwa itu hidupnya dan hidupku bukan untuk menuntutnya, melainkan untuk menuntut hidupku sendiri.

Jakarta, 29 April 2014.  

Tidak ada komentar: