Kamis, 30 Oktober 2014

Diujung Jalan Kutemukan Sebuah Penguatan.

Arti dari sebuah pertemuan adalah pertemanan. Entah dekat atau hanya sekedar tahu. Sesekali saling melempar tawa atau mungkin hina. Itu semua adalah warna. Daun takan selamanya hijau, dia akan menguning dan rapuh. Itu yang membawanya jatuh ke tanah. Namun, seringkali kita temui daun yang jatuh tanpa menguning karena hempasan angin. Tapi, daun yang jatuh ini tak pernah menyalahkan angin,, itu kata Bang Tere Liye. Dan kembali lagi, semua adalah sebuah takdir. Pertemuan yang tanpa disengaja itu memang membuat hatiku menjatuhkan pilihan kepadamu. Namun kupaksakan agar kamu tak mengetahui semua itu. Agar rasa yang telah mengakar ini tak lebih mendalam lagi. Agar hati yang telah terlanjur memilih ini tak berharap banyak kepadamu lagi. 
Tolong tetaplah seperti itu, 
tanpa kata, 
tanpa suara, 
tanpa kabar, dan 
tanpa cerita. 
Aku sudah cukup senang melihatmu dari tempatku berdiri. Mencoba mengimajinasikan mimpi-mimpiku jika bersamamu. Membayangkan betapa bahagianya aku jika didekatmu. Karena yang tahu hatiku adalah diriku sendiri. 
Aku tahu kapan aku harus berhenti mengharapkanmu. 
Aku tahu kapan aku harus kembali berjalan diatas takdirku tanpamu. 
Dan aku tahu sebuah pertemuan hanyalah sebuah warna yang mengisi hari-harimu sebelum masa depan. Temanmu silih berganti. Yang lama telah tergantikan dengan yang baru. Aku yakin termasuk diriku. 
Kamu mungkin tahu diriku tapi tidak isi hatiku. 
Kamu mungkin merasa aku menjauhimu tapi tidak dengan rinduku padamu. 
Ketika aku menuliskan kata-kata yang entah indah atau tidak ini, aku membayangkanmu. Mencoba memutar ulang kejadian yang pernah ada diantara kita. Tawa yang begitu lepas itu, kini memang tiada. Tawa itu memaksaku untuk meninggalkannya tanpa ampun. Dan mengizinkanku untuk mencintaimu dalam diam. Ya, ini cinta, kurasa ini memang cinta. Ketika bayanganmu tak mau melepas dari pikiranku, maka aku yakini itu cinta. 
Tapi aku mulai meragukannya ketika aku telah terbiasa tanpamu. Apa benar yang kurasakan padamu itu cinta? Ataukah hanya nafsu semata? Berharap dengan segala yang kamu punya dan aku miliki akan menjadikan hidupku indah dimata manusia. Hanya dimata manusia. 
Dan kini, aku baru sadar akan kata itu. Tidak, aku tak pernah mencintainya, aku hanya bernafsu memilikinya, mengharap sedikit belas kasihan darinya dan mungkin setelah itu dia yang akan pergi meninggalkanku sendiri, meneteskan butir-butir airmata yang menyesakkan hati dan merasakan kembali apa itu putus cinta.
Allah ternyata telah menyayangiku sejauh ini, dia mendekapku dan menjaga hatiku untuk menetap pada pendirianku. Pada apa yang seharusnya aku yakini. Bahwa aku bahagia, dengan atau tanpa dirinya. Dan bahwa memutuskan untuk mencintai dalam kediamanku adalah untuk membuatku tak lagi terluka. Ternyata Allah lebih menyayangiku daripada diriku sendiri. Dia lebih mencintaiku daripada cintaku akan diriku sendiri, Dia menjagaku, mencintaiku, menyayangiku lebih daripada yang aku tahu. 

Untukmu yang pernah mengisi rongga hatiku, selamat atas kehidupan bahagiamu. Semoga kamu tetap menjadi seperti itu, tanpa kata, tanpa suara, tanpa kabar dan tanpa cerita. Jangan khawatirkan aku, aku punya Allah yang akan selalu setia menuntunku sampai aku menemukan Imam terbaikku untuk membangun cinta kasih karena-Nya diatas takdir-Nya.

The ALLAH's plan is the better than my plan.:)

Tidak ada komentar: