Senin, 31 Agustus 2015

BELAJAR MENERIMA DI WALKING AFTER YOU




Masa lalu akan tetap ada. Kau tidak perlu terlalu lama terjebak di dalamnya.

Pada kisah ini, kau akan bertemu An. Perempuan dengan tawa renyah itu sudah lama tak bisa keluar dari masa lalu. Ia menyimpan rindu, yang membuatnya semakin kehilangan tawa setiap waktu. Membuatnya menyalahkan doa-doa yang terbang ke langit. Doa-doa yang lupa kembali kepadanya.

An tahu, seharusnya ia tinggalkan kisah sedih itu berhari-hari lalu. Namun, ia masih saja di tempat yang sama. Bersama impian yang tak bisa ia jalani sendiri, tetapi tak bisa pula ia lepaskan.

Pernahkan kau merasa seperti itu? Tak bisa menyalahkan siapa-siapa, kecuali hatimu yang tak lagi bahagia. Pernahkah kau merasa seperti itu? Saat cinta menyapa, kau memilih berpaling karena terlalu takut bertemu luka.

Mungkin, kisah An seperti kisahmu.
Diam-diam, doa yang sama masih kau tunggu.



***
Penerimaan adalah sebuah kata yang sangat sederhana. Kata yang mengakhiri segala bentuk penyesalan atas apa yang telah diperbuat, maupun yang telah terjadi. Masa lalu hanya untuk di kenang, bukan untuk di sesali. Mereka hanya akan menciptakan kata “Andaikan” lalu “Maka”. Namun semua itu takan ada arti, kau tahu kenapa? Karena yang lalu hanya berada di masa lalu. Seperti kalimat yang bertengger di cover depan novel terbaru milik Windry Ramadhina yang tertulis
“Kau tak perlu melupakan masa lalu”
“Kau hanya perlu menerimanya”
Menurutku memang seperti itulah hidup, terlalu banyak penerimaan yang harus dipaksakan. Dan terlalu banyak masalalu yan mungkin harus dikenang. Penyesalan hanya akan datang pada akhir suatu kejadian, lalu tumbuh menjadi rasa bersalah yang kadang kala seseorang sampai tak mau memaafkan dirinya sendiri. Mungkin begitulah perasaan merka para penyesal termasuk perasaan An terhadap Arlet. Padahal jika dilihat dari kacamata logika, menyesal hanya akan menambah rasa bersalah dan menerima adalah mengurangi rasa itu. Sulit memang, tapi harus, karena hidup adalah menatap kedepan, merencanakan cita-cita lalu menggapainya. Hidup tak pernah menunggumu untuk bangkit, dia hanya akan menunggu sejenak lalu pergi meninggalkanmu ketika terlelah. Hidup juga bukan menghadap kebelakang, menatap masalalu yang telah berlalu, menyesalinya dan berulang kali merasa bersalah.
Jujur adalah kunci utama sebuah penerimaan. Jujurlah pada dirimu sendiri akui kesalahan yang telah kamu perbuat pada dirimu sendiri, akui dan meminta maaf kepada orang yang telah kamu sakiti. Kelihatanya sepele bukan, mengakui dan meminta maaf, tapi pada kenyataannya dua hal itu hanya milik orang-orang yang siap dan berani, berani ditinggalkan, berani dicaci, dimaki, dimarahi, bahkan di kucilkan. Dan begitulah An, dalam novel ini dia memiliki semua keberanian itu. Dan mengatasi semua masalahnya dengan dimulai dari dirinya sendiri lalu keluarganya. Sehingga akhir dari kisah itu adalah sebuah perasaan lega yang menghinggapi hati An atas semua penerimaan yang awalnya dia paksakan dan perlahan menjadi sebuah kebahagiaan milik An dan Julian.
Kisah yang begitu manis dan romantis. Mba Windry menciptakan sosok An yang begitu tegar menghadapi segala kenyataan pahitnya kehilangan dan Julian yang dingin tapi penyayang. Yang selalu tersipu ketika An menggodanya. Seorang wanita yang diciptakan dalam kesederhanaan dengan mimpi yang begitu mengesankan. Lalu laki-laki yang dihadirkan sebagai pelengkap kebahagiaan seseorang itu. Akhirnya selesai juga bikin talking-talking mengenai novel ini, sebenernya udah dari dulu tulisan ini ngendap di laptopku, dan baru sekarang punya keberanian buat upload. Pokoknya rekomen banget deh novel yang satu ini, bikin kalian tau macam nama-nama kue yang oke punya, yang aku baru tau juga dari novel ini. Selain itu, aku juga terkesima sama sosok Julian yang mba Windry ciptakan bikin aku ketawa-ketawa pas bacanya sambil mengimajinasikan sosok Juliannya Mba Windry, hahahaha. Pokoknya Julian itu cinta keduaku setelah Rayyi.. J

Tidak ada komentar: