Masa
lalu akan tetap ada. Kau tidak perlu terlalu lama terjebak di dalamnya.
Pada
kisah ini, kau akan bertemu An. Perempuan dengan tawa renyah itu sudah lama tak
bisa keluar dari masa lalu. Ia menyimpan rindu, yang membuatnya semakin
kehilangan tawa setiap waktu. Membuatnya menyalahkan doa-doa yang terbang ke
langit. Doa-doa yang lupa kembali kepadanya.
An
tahu, seharusnya ia tinggalkan kisah sedih itu berhari-hari lalu. Namun, ia
masih saja di tempat yang sama. Bersama impian yang tak bisa ia jalani sendiri,
tetapi tak bisa pula ia lepaskan.
Pernahkan
kau merasa seperti itu? Tak bisa menyalahkan siapa-siapa, kecuali hatimu yang
tak lagi bahagia. Pernahkah kau merasa seperti itu? Saat cinta menyapa, kau
memilih berpaling karena terlalu takut bertemu luka.
Mungkin,
kisah An seperti kisahmu.
Diam-diam,
doa yang sama masih kau tunggu.
***
Penerimaan
adalah sebuah kata yang sangat sederhana. Kata yang mengakhiri segala bentuk
penyesalan atas apa yang telah diperbuat, maupun yang telah terjadi. Masa lalu
hanya untuk di kenang, bukan untuk di sesali. Mereka hanya akan menciptakan
kata “Andaikan” lalu “Maka”. Namun semua itu takan ada arti, kau tahu kenapa?
Karena yang lalu hanya berada di masa lalu. Seperti kalimat yang bertengger di
cover depan novel terbaru milik Windry Ramadhina yang tertulis
“Kau tak perlu melupakan masa
lalu”
“Kau hanya perlu menerimanya”
Menurutku
memang seperti itulah hidup, terlalu banyak penerimaan yang harus dipaksakan.
Dan terlalu banyak masalalu yan mungkin harus dikenang. Penyesalan hanya akan
datang pada akhir suatu kejadian, lalu tumbuh menjadi rasa bersalah yang kadang
kala seseorang sampai tak mau memaafkan dirinya sendiri. Mungkin begitulah
perasaan merka para penyesal termasuk
perasaan An terhadap Arlet. Padahal jika dilihat dari kacamata logika, menyesal
hanya akan menambah rasa bersalah dan menerima adalah mengurangi rasa itu.
Sulit memang, tapi harus, karena hidup adalah menatap kedepan, merencanakan
cita-cita lalu menggapainya. Hidup tak pernah menunggumu untuk bangkit, dia
hanya akan menunggu sejenak lalu pergi meninggalkanmu ketika terlelah. Hidup
juga bukan menghadap kebelakang, menatap masalalu yang telah berlalu,
menyesalinya dan berulang kali merasa bersalah.
Jujur
adalah kunci utama sebuah penerimaan. Jujurlah pada dirimu sendiri akui
kesalahan yang telah kamu perbuat pada dirimu sendiri, akui dan meminta maaf
kepada orang yang telah kamu sakiti. Kelihatanya sepele bukan, mengakui dan
meminta maaf, tapi pada kenyataannya dua hal itu hanya milik orang-orang yang
siap dan berani, berani ditinggalkan, berani dicaci, dimaki, dimarahi, bahkan
di kucilkan. Dan begitulah An, dalam novel ini dia memiliki semua keberanian
itu. Dan mengatasi semua masalahnya dengan dimulai dari dirinya sendiri lalu
keluarganya. Sehingga akhir dari kisah itu adalah sebuah perasaan lega yang
menghinggapi hati An atas semua penerimaan yang awalnya dia paksakan dan
perlahan menjadi sebuah kebahagiaan milik An dan Julian.
Kisah yang begitu manis dan
romantis. Mba Windry menciptakan sosok An yang begitu tegar menghadapi segala
kenyataan pahitnya kehilangan dan Julian yang dingin tapi penyayang. Yang
selalu tersipu ketika An menggodanya. Seorang wanita yang diciptakan dalam kesederhanaan
dengan mimpi yang begitu mengesankan. Lalu laki-laki yang dihadirkan sebagai
pelengkap kebahagiaan seseorang itu. Akhirnya selesai juga bikin
talking-talking mengenai novel ini, sebenernya udah dari dulu tulisan ini
ngendap di laptopku, dan baru sekarang punya keberanian buat upload. Pokoknya
rekomen banget deh novel yang satu ini, bikin kalian tau macam nama-nama kue
yang oke punya, yang aku baru tau juga dari novel ini. Selain itu, aku juga
terkesima sama sosok Julian yang mba Windry ciptakan bikin aku ketawa-ketawa
pas bacanya sambil mengimajinasikan sosok Juliannya Mba Windry, hahahaha.
Pokoknya Julian itu cinta keduaku setelah Rayyi.. J.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar