Bila rindu ini masih milikmu,
Kuhadirkan sebuah tanya untukmu,
Harus berapa lama aku
“menunggumu”
Aku menunggumu.
Anggap
saja aku sedang uji nyali. Mencoba tak mengusikmu untuk beberapa hari.
Kedengarannya mudah, iya mudah bagi mereka yang tak merindu.
Entah
harus berapa lama, yang pasti sudah ratusan hari aku menanyakan hal itu.
Mencoba mencari jawaban yang tak kasat mata. Mencoba membuat tenang gejolak
dalam dada. Duri yang masih menusuk itu tak membuat sakit, hanya seperti
digigit jarum suntik. Entahlah, yang pasti, sampai detik ini yang masih tersisa
hanya sebuah kotak tanpa nama. Sebuah rumah tanpa penghuni, karena pemiliknya
telah pergi. Iya, pergi, entah kemana, mencari rumah baru yang lebih nyaman
mungkin.
Ragaku
berdiri diambang pintu, menanti kehadiran yang pergi. Namun, ketika
berhari-hari aku berdiri, ternyata seujung kuku dari dirimupun tak kunjung
menghampiri. Dan lagi, aku merasa rinduku meradang. Mengaitkan semua hal yang
terlihat oleh mata adalah tentangmu. Menjaga agar rindu itu tak kunjung
berlalu. Layaknya berjalan diatas gurun pasir yang terbentang didepannya
oasis, aku memandangmu yang ternyata
ilusi, haus rindu ditengah badai pasir kenangan, dan kewalahan menjaga agar
rindu itu tetap bertahan.
Kemunculanmu
tiba-tiba ditengah topan kerinduan, seakan menerangkan mataku dikeredupan.
Menyalakan api prasangka baik terhadap Tuhan. Bahwa semua doa yang aku
panjatkan, akan satu persatu dikabulkan.
Kamu
datang bagaikan rembulan ditengah gelapnya sang malam, walau tanpa bintang
sinarmu terus bertahan. Lagi-lagi aku mengagumimu tanpa sadar, mencari-cari alasan agar kamu tetap tinggal,
agar rinduku terbalaskan, tapi apa daya Tuhanlah yang menentukan. Untuk pergi
atau tinggal, untuk pergi atau kembali maupun untuk pergi dan tak pernah
kembali lagi.
Oleh
karenanya, aku ingin mengucapkan terima kasih padamu untuk setiap kehadiran,
untuk setiap tawa yang pernah terbagi, untuk setiap rindu yang tak pernah
terbalaskan. Terima kasih telah mengajariku banyak hal. Membuatku sadar bahwa
Tuhan mungkin inginkan kita menjadi teman, bukan menjadi sebuah pasangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar