Selasa, 02 Februari 2016

PESONA KETIKA MAS GAGAH PERGI



Bagi sebagian besar kalangan masyarakat yang update berita terbaru apapun terutama dunia perfilman, pasti sudah tidak asing lagi kan sama judul diatas. Iya, Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) merupakan sebuah karya dari novellet legendaris Helvy Tiana Rosa, yang ditulis tahun 1992 dan diterbitkan pertama kali tahun 1997. Kini buku KMGP sudah cetak ulang 39 kali oleh 3 penerbit dan diperkirakan telah dibaca jutaan orang. KMGP bercerita tentang hubungan keluarga, hijrah dan keindahan Islam. Beragam tokoh muda yang muncul kerap menyerukan kebaikan dan kecerdasan pemuda-pemudi Islam.
Jujur saya belum membaca novelnya dan baru saja menonton filmnya akhir pekan kemarin bersama dua teman saya. Memang sudah diniatkan dari tahun lalu, sejak pertama kali kami tahu bahwa film tersebut akan ditayangkan. Denger-denger film ini dibuat dari hasil patungan para pembacanya loh, katanya film ini kita yang modalin, kita yang buat, dunia yang nonton, yang belum nonton cuss nonton yuk. Hehehe.


Film dibuka dengan adegan Mas Gagah yang tenggelam dilautan Ternate. Wow… sedang apa dia di lautan Ternate? Ayooo liat donk filmnya , hehehe. Lalu dilanjutkan dengan menceritakan kisahnya dan Gita (adiknya) di Jakarta. Awal yang apik menurut saya, karena didalam scene itu, mereka terlihat saling mengisi satu sama lain, asyik banget keliatannya dan sukses bikin saya sama temen saya ngiri sama  Gita. Mas Gagah adalah sosok yang begitu menyenangkan bagi Gita, penopang sekaligus penguat bagi Gita dan Mamanya kala sedih ditinggal Papa mereka. Gita begitu bangga dengan kakak satu-satunya itu. Dan bagi Gita, Gagah adalah kakak yang nyaris sempurna. Saya benar-benar dibuat ngiri sama Gita dan Gagah.
Konflik pada film ini berawal semenjak Gagah yang pulang dari Ternate dengan penampilan yang sangat berubah. Gagah ternyata telah hijrah menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Dan meskipun begitu, mamanya sendiri masih bisa menerima apapun yang Gagah pilih akan tetapi, tidak bagi Gita. Gita justru malah heran dengan perubahan sikap kakaknya yang tidak seperti dulu lagi dan selalu kesal setiap kali berbicara dengan kakaknya. Gita tak pernah tahu, sebenarnya apa yang telah terjadi dengan kakaknya selama dua bulan delapan belas hari di Ternate sehingga tidak menyisakan Mas Gagahnya yang dulu. Dia teramat sangat terpukul dengan kenyataan yang harus dihadapinya. Setiap hari, Mas Gagahnya selalu membuatnya marah, kesal dan kecewa. Hingga sampai suatu hari, Gita bertemu dengan Yudi (seorang laki-laki pendakwah) didalam bus yang ia tumpangi. Menurut saya hal terbagus dari pertemuan itu adalah ketika Yudi menyikapi berbagai macam bentuk reaksi para penumpang bus terutama Gita. Dia hanya tersenyum melihat pemberontakan gadis itu dan Masaji ternyata actingnya lumayan bagus juga ya. Liat begini, kadang kalau naik bus saya suka berimajinasi  menemukan sosok Yudi yang mau-maunya mendakwah di metromini tanpa mengharap uang para penumpang sedikitpun, karena menurut saya ini langka.


Entahlah, rasa-rasanya makna yang disampaikan dalam film tersebut begitu menyentuh hati saya sehingga tidak bisa diungkapkan dengan perkataan, walau tidak begitu dibuat bercucuran air mata pada adegan-adegannya tapi film ini adalah film yang serius dan sarat makna. Mengingatkan saya pada Allah SWT yang sejatinya adalah pemilik segalanya. Film ini membuat saya sadar bahwa perkara dunia adalah hanya sementara, tidak kekal dan abadi karena akhiratlah tempat kita kembali. Film ini membuat saya menarik sedikit kesimpulan bahwa menyebarkan kebaikan bagi sekitar adalah  hal yang paling sulit. Butuh kesabaran ekstra untuk dapat menghadapi semuanya karena tidak semua yang menganggap niat baik kita adalah niat baik. Film ini membuat saya sadar bahwa setiap harinya, yang harus kita lakukan hanyalah mensyukuri nikmat yang Allah berikan terhadap diri kita, atas mata yang masih dapat melihat hingga detik ini, atas telinga yang masih dapat mendengar hingga sekarang, atas mulut yang masih dapat berbicara, atas hidung yang masih dapat mencium bau (walau pesek),atas tangan yang masih dapat digerakkan, dan atas kaki yang masih dapat melangkah. Semua adalah nikmat dan karunia ALLAH yang tak boleh disia-siakan. Film ini mengajarkan kita tentang indahnya berbagi, membantu mereka yang membutuhkan bantuan menorehkan senyum bagi mereka yang sedang dirundung kesusahan. Karena sejatinya, kita hidup untuk saling tolong-menolong, menebar ilmu dan kebaikan kepada sesama, membangun perdamaian untuk kehidupan yang lebih baik lagi. Dan menurut saya masih banyak lagi makna yang terkandung didalam film ini yang tidak bisa saya sebutkan lebih detail disini.  


Jadi, tunggu apa lagi kawan…. Buruan tonton filmnya, beli bukunya lalu ambil hikmahnya. Dapatkan hidayah dari ALLAH untuk berhijrah ke jalan yang benar. Sekian dari saya, kurang dan lebihnya saya mohon maaf . Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dihati pembaca sekalian bukakanlah pintu maaf bagi penulis amatir ini. Karena sesungguhnya, kesempurnaan hanyalah milik ALLAH semata, dan manusia adalah tempatnya salah dan lupa.
Terima kasih, telah mau membaca berbagai macam ocehan saya. Sampai jumpa di postingan selanjutnya.
Untuk Bunda Helvy Tiana Rosa, ditunggu Ketiga Mas Gagah Pergi part 2 nya, semoga muncul dalam waktu dekat ya bun. Untuk Mas Gagah, pesonamu sungguh mengalihkan duniaku… hehehe…

Salam Manis untuk Mas Gagah. J

Tidak ada komentar: