Setiap orang tahu sedikit harapan muncul ketika orang yang kita rasa sayang membalas pesan singkat yang kita kirimkan. Walau sedikit kata, percayalah pasti hatimu seperti di tumbuhi bunga. Indah memang, tapi ketika dia tidak membalas rasa yang kita punya, untuk apa?. Untuk apa kita menyimpan rasa yang takan pernah terbalaskan? Apa karena kamu lebih memilih hatimu yang tersakiti? Sekalipun yang kamu pilih itu menurutmu baik, akan tetapi untuk apa menyakiti hatimu sendiri? Kamu berhak bahagia, tapi tidak berhak terluka.
There is so many reason to be happy, honey.
Don't cry.
Don't cry just because he/she don't like you.
Kamu bodoh ketika kamu tak mau melepaskan rasa itu. Kamu punya banyak alasan untuk bahagia tanpa perlu merasakan luka. Bukan meminta untuk berlari. Tapi, setidaknya hargailah sedikit hati yang kamu punya. Hatimu juga berhak untuk bahagia. Andai kamu tahu, bahwa yang membuat rasa itu muncul adalah dirimu sendiri. Kamu yang tidak bisa mencegahnya untuk masuk dan keluar sesukanya. Kamu terlalu lemah untuk mengusirnya pergi agar tidak kembali lagi. Kamu terlalu naif untuk mengakui hidupmu baik-baik saja. Padahal dari dasar hatimu, rasa yang terselip itu memang benar-benar sulit untuk keluar. Menyesakkan, menyakitkan. Rasa itu seakan tersesat entah kebagian hati yang mana. Yang pasti rasa itu telah jatuh terlalu dalam. Hingga dia tak bisa berenang lagi ke permukaan.
Ah... sedihnya dirimu. Lihatlah... kamu seakan tak berdaya dengan hidupmu sendiri. kamu seakan di bayang-bayangi oleh kenyataan yang kelam. Ingatlah.. kamu masih punya banyak waktu untuk memperbaiki semuanya. Mengulang semuanya dari awal tanpa menyakiti hatimu sendiri. Karena sesungguhnya sakit itu adalah sakit yang kamu buat sendiri.
Sadar dan percayalah bahwa akan ada seseorang yang membawakan sinar terangnya untuk menerangi jalanmu dan jalannya. Akan ada seseorang yang mau membalas semua rasa yang kamu punya kepadanya tanpa sedikitpun cela. Dan percayalah, akan ada seseorang yang akan memintamu untuk hidup bersama, menjadikan kau begitu sempurna dimatanya, hanya dimatanya. Dialah yang akan mencintaimu dengan tulus. Dia yang akan mendoakanmu tanpa kamu minta. Dia yang akan selalu menjagamu, menemani setiap langkah-langkah terberat dan teringanmu. Dia yang akan menggandeng tanganmu, menuntunmu, menyamai langkahmu sampai rambut kalian memutih dimakan usia. Dan kala itu, berdoalah agar dia yang akan menemanimu kala menapaki Surga Firdaus-Nya.
Dariku yang tak mampu memilikimu.
Layaknya seekor burung, sebuah kata itu seakan terbang melintas tanpa bisa tertangkap. Mengalun dengan begitu cepat, hingga terkadang bisa kau temukan aku sendiri, melamun di jalan pulang. Bukan, aku bukan melamun, hanya sedang menikmati rangkaian kata yang terlintas di hati dan fikiran ciptaan Tuhan.
Rabu, 13 Agustus 2014
Little Word

Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar