Sabtu, 09 Agustus 2014

Puisi Untukmu

Air yang mengalirpun tak pernah mengubah arahnya.
Dia selalu mengalir sesuai dengan ketentuannya.
Daun yang jatuh pun tak pernah membenci angin.
Dia jatuh karena rantingnya yang rapuh.
Seperti halnya diriku.
Hati yang patah pun, tak pernah membenci orang yang mematahkannya.
Karena dia tahu bahwa semua takan berubah ketika dia selalu menyesalinya.

Mengenalmu membuatku merasakan apa yang selama ini sulit untuk ku rasakan.
Mungkin cinta, atau mungkin nafsu semata.
Saat yang seharusnya aku gunakan untuk bahagiaku sendiri.
Kini terambil dan terbagi dua olehmu.
Dan bodohnya diriku, yang tak menyisakan ruang kosong dihatiku.
Hatiku seakan menempatkanmu pada setiap rongga-rongga yang terbentuk disana.
Yang kecil, yang besar, yang berat,dan yang ringan.
Seakan tak punya celah bagi siapapun untuk masuk dan keluar sesuka hatinya.
Aku, dan lagi-lagi aku yang hanya bisa terdiam.
Membiarkan apa yang seharusnya tak aku biarkan menguasai diriku sendiri.
Dan membuat luka yang belum sembuh ini kini terurai kembali.
Bagai tanah yang telah mengering lalu tersiram hujan dan basah lagi.
Aku tak kuasa menolak gejolak ini.
Yang selalu menghantui.
Kala malam merajai.
Indahnya rembulan pun tak bisa kunikmati.
Apalagi bintang yang ikut bersinar menerangi.
Seakan hilang ditelan bumi.
Karena malam yang gelap, akan membuatku semakin gelap.
Saat kamu yang ku tatap.
Tak lagi berlari kearah yang aku tangkap.
Tempatku yang tak bisa menjadi tempatmu.
Dan tempatmu takan pernah menjadi tempatku.
Jadi,biarkan aku melepasmu pergi.
Dan mencoba membiarkan hidup tanpamu disini.


Jakarta,9 Agustus 2014. :)

Tidak ada komentar: